Anak Sering Mengeluh Nyeri Lutut dan Ngilu Sendi? Waspada Gejala Osgood Schlatter Disease

Anak-anak terkena Osgood Schlatter Disease, kenali gejala dan bagaimana cara mengatasinya

Anak Sering Mengeluh Nyeri Lutut Dan Ngilu Sendi? Waspada Gejala Osgood Schlatter Disease


Apa rasanya mendengar keluhan anak-anak yang badannya atau kakinya pegal-pegal, capek dan linu-linu? Ada rasa kasihan saat melihat mereka berangkat ke sekolah? Kasihan melihat isi tas sekolah mereka yang lumayan banyak, cukup berat untuk ukuran anak-anak. Di tambah lagi aktifitas mereka yang juga padat merayap bahkan kadang hampir sama seperti jam kerja orang dewasa, masuk jam tujuh pagi pulang jam lima sore. Dengan jadwal aneka pelajaran tambahan, ekskul, les ini itu dan lainnya. Tapi mau gimana lagi yaah!? Itu saja kadang sudah berusaha saya kurang-kurangi kegiatannya.

Kalau sudah mengeluh pegal-pegal seperti itu, biasanya saya panggilkan tukang pijat langganan keluarga untuk mengatasi keluhannya. Habis di pijat biasanya badan kan jadi terasa lebih enteng dan lebih enak. 

Namun pernah pada suatu ketika anak kedua saya yang saat itu masih kelas enam SD  mengeluh pegal-pegal yang aneh. Kenapa aneh? Karena meski sudah beberapa kali di pijat. Ia masih saja mengeluhkan badannya sakit. Terutama di bagian kaki (lutut) yang terasa sakit ketika di pakai berjalan.

Saat saya cek lebih teliti tidak ada pertanda apa-apa di kakinya. Saya ingin pastikan mungkin memar, terkilir, jatuh, atau terbentur apa ya kan?!  Saat saya tanya, jawabnya tidak terjadi apa-apa sebelum ini, baik jatuh atau terkena benturan.

Merasa tidak ada yang mencurigakan saya biarkan ia beraktifitas seperti biasa. Kejadian ini berlangsung kurang lebih dua minggu. Sebenarnya tidak tega juga, tapi memang tak ada masalah di kakinya, hmmm... ya jadi dilema juga.

Hingga akhirnya suatu hari dia pulang sekolah, berjalan di seret-seret dan badannya panas. Waadduhh! Ini sih ada yang tidakberes!? Akhirnya saya putuskan untuk memeriksakannya ke dokter. Lucunya dokter juga bingung saat mendengar keluhan anak saya. Analisa dokter juga mengatakan tidak ada masalah di kakinya. Untuk sementara dokter memberi resep obat pereda nyeri. Dan menyarankan untuk kembali jika keluhan masih terjadi.

Beberapa hari kemudian keluhannya malah makin menjadi-jadi, anak saya ini tidak bisa lagi berjalan sempurna. Akhirnya harus absen sekolah cukup lama, satu minggu lebih. Saat itu saya stress banget! Ada apa dengan kaki anak saya? Ada rasa takut mengahantui pikiran, Maklum, namanya ibu-ibu yah..! Paling tidak rela kalau anaknya kenapa-napa.

Saya periksakan lagi anak saya ke dokter, menurut dokter karena dari luar tidak terlihat masalahnya, maka kali ini di sarankan untuk periksa dalam, dengan cara dilakukan X-Ray atau di rontgen.

Setelah di rontgen dan mendapat hasilnya, tetap tidak terlihat hal-hal yang aneh di kaki anak saya, menurut analisa hasil rontgen tidak ada indikasi apapun di kakinya. Di berikan lah lagi obat pereda nyeri dan beberapa obat-obatan lain.

Setelah beberapa hari, ternyata sakitnya masih tetap terasa. Selain dengan obat dokter, berbagai obat balur tradisional juga sudah di berikan, tapi tidak ada yang berefek.

Saya kemudian jadi parno dan suudzon, duh saya takut anak saya lumpuh kena polio atau apa ya ini!? *astaghfirullah* Apalagi saat dia bertanya apakah bisa jalan normal lagi? Aaah! Jadi sedih kalau ingat itu.

Untuk ketiga kalinya saya bawa lagi ke Dokter, karena tidak ada perubahan juga. Kali ini dokter menyarankan untuk di lakukan uji jaringan dan patologi. Saya benar-benar deg-degan, pun demikian anak saya.

Namun mungkin dokternya dapat hidayah! Sesaat sebelum menuliskan surat jalan ke bagian patologi, beliau memeriksa (lagi) hasil rontgen. Saya perhatikan kali ini dokter lebih berusaha keras mengamati hasil rontgen.

Voilla! ini apa ya?! Ternyata ada sedikit celah tipis di antara rongga penyambung sendi-sendi engsel kaki, yang memang tidak begitu terlihat. Kemudian dokter melingkari bagian ini, dan meminta saya terlebih dahulu ke bagian radiologi untuk di cek dan analisa ulang serta meminta hasilnya. Karena hal ini petugas radiologi pun meminta maaf atas ketidak telitiannya, yang akhirnya bikin sakit anak saya jadi berlarut-larut begini..duuh gregetan..

Setelah di teliti ulang, ternyata keluhan anak saya selama ini ini adalah gejala penyakit Osgood Schlatter Disease. Keren banget ya namanya.

Osgood Schlatter disease di ambil dari nama penemunya, dua orang dokter. Yaitu dr. Robert Osgood dari Amerika seorang ahli orthopedi dan dr. Carl Schlatter dari Swedia ahli bedah tulang. Osgood Schlatter di sebut juga penyakit tulang Tibial Tubersity yaitu kondisi sakit otot pada tulang sekitar sendi  lutut. Umumnya memang terjadi pada anak dan remaja usia pubertas 8 sampai 18 tahun, biasa terjadi pada anak laki-laki. Tapi tidak menutup kemungkinan anak perempuan bisa juga kena penyakit ini. Buktinya yang kena ini anak perempuan saya. Osgood-Schlatter pada orang dewasa biasanya di alami oleh para atlet olahraga.

Gejala yang terjadi adalah nyeri dan pembengkakan pada bagian paha bawah tepat di atas lutut. Dapat terjadi hanya pada satu kaki atau keduanya. Rasa sakit akan bertambah apabila lutut dipaksa bergerak atau tulang di sekitar persendian lutut mengalami gesekan, berjalan, apalagi naik tangga itu katanya sakit banget.
Anak Sering Mengeluh Pegal, Linu Dan Ngilu Sendi? Waspada Gejala Osgood Schlatter Disease
Bisa lihat bagian yang di lingkari?
 Kalau tidak, kita toss! Saya juga siwer lihatnya



Anak Sering Mengeluh Pegal, Linu Dan Ngilu Sendi? Waspada Gejala Osgood Schlatter Disease
ini hasil revisi, hasil analisa pertama di ambil petugas radiologi.
Bagian yang di beri garis bawah dan yang di lingkari, pada awalnya tidak ada

Ketika anak tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari karena rasa nyeri pada lutut, rasa ngilu, linu, terlihat membengkak dan kemerahan, diikuti dengan gejala demam, atau kesulitan untuk menggerakkan lutut ini berarti penyakitnya bertambah parah. Segera periksakan ke dokter. Pada kasus anak saya, tidak ada bengkak atau merah tapi demam saja.


Penyebab penyakit ini adalah efek kegiatan yang terlalu keras sehingga mengganggu sistem otot dan tulang padahal keduanya belum berkembang cukup kuat, kemudian menyebabkan luka pada lutut. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa, sistem otot dan tulang yang belum begitu berkembang namun telah secara aktif digunakan untuk melakukan kegiatan berat dapat menyebabkan rekatan tulang tempurung lutut pada otot tidak begitu kuat mencengkeram tulang tibial, sehingga menyebabkan bengkak dan rasa sakit yang berkelanjutan. 

Alhamdulillahnya, penyakit ini biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia anak jadi bisa sembuh seperti sedia kala. Namun tetap harus waspada juga sih! karena untuk kasus yang parah bisa sampai harus di operasi atau rutin terapi ke fisioterapis.

Dan bersyukur, saya cukup merawat anak saya di rumah dengan melakukan beberapa arahan dari dokter

  • Istirahat dari semua aktifitas yang cukup berat di rumah dan di sekolah seperti olahraga atau ekskul, selama kurang lebih sebulan. Jadi saya minta izin sama bapak ibu guru untuk absen kegiatan ini.
  • Mengompres dengan es atau bisa juga air hangat pada bagian yang sakit 2-4 kali sehari.
  • Di rekomendasikan (kalau ada) gunakan lampu infraphill dan sinari ke bagian kaki yang sakit kurang lebih lima menit dua kali sehari. 
  • Lindungi bagian tempurung lutut menggunakan pelindung berbahan karet atau tensocrepe
  • Terapi otot manual sendiri dua kali sehari dengan merenggangkan otot dan streching bertahap pelan-pelan, ini juga dapat mencegah terjadinya kambuh di masa yang akan datang.
Puji syukur, anak saya hari ini sudah beraktifitas normal seperti biasa, meskipun kegiatannya bukan berkurang malah makin bertambah karena sudah masuk SMP. Sebagai ibunya saya sih berharap dia bisa kuat menjalani hari-harinya. Sambil juga punya harapan mumpung masih hangat berita reshuffle kabinet nih!? Yang salah satunya mengganti menteri pendidikan. Ini harapan melambung jauh banget sih, tapi ada relevansinya juga. Semoga saja kedepannya di bawah menteri yang baru atau siapapun itu. Pendidikan anak-anak Indonesia bisa seperti di Jepang atau Finlandia. Ada solusi dan gebrakan yang ampuh untuk menangani masalah-masalah pendidikan, agar beban anak-anak bisa seimbang di sekolah, tas mereka tidak penuh dengan buku teks pelajaran, aktifitas mereka bisa efektif, efisien dan tidak menguras energi yang berlebihan, tapi tetap bisa berprestasi dan menjadi manusia yang unggul dan berkualitas di masa depan. 





Write a comment