School Tour ke Singapore Intercultural School (SIS) Bona Vista yang Menjawab Kiat Mendidik Anak di Era Digital
SIS Bonavista terinspirasi oleh potensi indonesia dan metodologi singapura yang mendidik anak-anak dalam lingkungan seperti keluarga.
Dalam model pendidikan saat ini, hasil ujian, peringkat akademik, atau standar nilai rata-rata yang tinggi seringkali digunakan orangtua sebagai acuan informasi yang dibutuhkan untuk memutuskan sekolah mana yang akan dipilih untuk anak mereka.
Urusan pilah-pilih sekolah memang perkara yang bikin pusing ya bu-ibu. Mungkin terasa mudah bagi sebagian orangtua jika tolak diukur di atas saja yang menjadi acuan, cukup punya anak pintar yang nilainya bagus-bagus.
Tetapi saya yakin bukan hanya itu pertimbangannya, kemampuan anak-anak tentu tidak sama. Banyak banget yang harus dipikirkan saat mencari sekolah anak-anak. Dan saya merasakan sendiri bagaimana rempongnya, terlebih dua anak saya naik jenjang sekolah tahun ini.
Proaktif dan update informasi adalah hal yang harus selalu orangtua lakukan saat memilih sekolah. Terlebih sistem penerimaan siswa baru di sekolah negeri selalu berganti setiap tahun. Yah lumayan panjang kali lebar kalau mau diurai ceritanya. Bersyukur semua berjalan lancar, anak saya bisa masuk sekolah yang inginkan.
Adalah hal biasa berkunjung dan melihat-lihat sekolah nasional, namun sebuah pemandangan baru di tanggal 31 Agustus lalu saya dapatkan. Iya, ceritanya saya berkesempatan mengunjungi sebuah sekolah intercultural di daerah Bonavista, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Berjejer dengan bangunan apartemen Bonavista, hari itu saya berkunjung ke SIS (Singapore Intercultural School) Bonavista.
Bersama teman-teman dari Blogger Perempuan, pengalaman tersendiri untuk saya mendapatkan perspektif baru tentang sekolah intercultural. Sebuah lingkungan sekolah yang siswa-siswinya beragam multi bangsa, bahasa, dan budaya.
Tetapi saya yakin bukan hanya itu pertimbangannya, kemampuan anak-anak tentu tidak sama. Banyak banget yang harus dipikirkan saat mencari sekolah anak-anak. Dan saya merasakan sendiri bagaimana rempongnya, terlebih dua anak saya naik jenjang sekolah tahun ini.
Proaktif dan update informasi adalah hal yang harus selalu orangtua lakukan saat memilih sekolah. Terlebih sistem penerimaan siswa baru di sekolah negeri selalu berganti setiap tahun. Yah lumayan panjang kali lebar kalau mau diurai ceritanya. Bersyukur semua berjalan lancar, anak saya bisa masuk sekolah yang inginkan.
Adalah hal biasa berkunjung dan melihat-lihat sekolah nasional, namun sebuah pemandangan baru di tanggal 31 Agustus lalu saya dapatkan. Iya, ceritanya saya berkesempatan mengunjungi sebuah sekolah intercultural di daerah Bonavista, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Berjejer dengan bangunan apartemen Bonavista, hari itu saya berkunjung ke SIS (Singapore Intercultural School) Bonavista.
Bersama teman-teman dari Blogger Perempuan, pengalaman tersendiri untuk saya mendapatkan perspektif baru tentang sekolah intercultural. Sebuah lingkungan sekolah yang siswa-siswinya beragam multi bangsa, bahasa, dan budaya.
SIS Bonavista adalah sekolah yang menggunakan sistem pendidikan internasional, dalam lingkungan internasional, yang mengadopsi kurikulum Singapura, International Baccalaureate (IB) dan Cambridge International Examinations dalam sistem belajarnya.
Sekolah ini menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa utama, bahasa mandarin sebagai bahasa kedua dan bahasa indonesia sebagai bahasa ketiga. Sekolah SIS sendiri didirikan pada tahun 1996 dengan dukungan dari orang-orang yang dihormati dari pemerintah Singapura dan Raffles Institution.
SIS (Singapore Intercultural School) merupakan jaringan sekolah internasional yang terdaftar di Dinas Pendidikan RI. Meskipun sekolah ini di dominasi siswa asing, namun bukan berarti khusus orang asing loh!? sekolah ini juga menerima anak Indonesia yang ingin bersekolah di sini.
Bertemu langsung dengan Head of Teacher bapak Jhon P Birch, kami juga mendapat kesempatan untuk "school tour" keliling SIS Bonavista, melihat dari dekat aktivitas dan suasana belajar SIS Bonavista. Namun sebelum melakukan school tour kami di ajak untuk berdiskusi seru, berbicang asyik dengan narasumber, psikolog terkenal Elizabeth T. Santoso tentang bagaimana mendidik anak di era digital.
How To "Raising Children In Digital Era"
Teknologi digital telah membuat hidup kita menjadi semakin mudah. Rasanya tak ada satu hal pun saat ini, yang tidak tersentuh peran teknologi digital. Pekerjaan, pendidikan, permainan, pencarian informasi, gaya hidup, hiburan hingga belanja, sangat di mudahkan dengan teknologi digital.
Dengan internet yang menjadi produk terdepan teknologi digital, dunia semakin terasa menyempit, karena meski jarak jauh sekalipun kita tetap bisa terhubung serta berjejaring dengan cara yang sangat mudah, kapan dan di mana saja lewat sambungan telepon, video call, conference call atau menggunakan media sosial.
Namun, di balik penggunaannya yang memberikan sejuta manfaat, penggunaan teknologi digital tidak selamanya memiliki dampak positif. Yaa, memang sudah prinsip yaa, apapun yang ada di dunia ini mesti ada plus minusnya. Pun dengan teknologi digital, yang memiliki beberapa dampak buruk, terutama pada anak-anak.
Beberapa waktu lalu, suami saya mendapati kabar duka dari seorang kawan lama, beliau sedang mengalami masalah, salah seorang anaknya harus di terapi dan di rawat di rumah sakit akibat kelainan pada bola matanya, keduanya tidak lagi berwarna hitam sempurna, berubah menjadi putih keabu-abuan. Menurut kabar hal ini terjadi karena degradasi warna bola mata efek sering terpapar gadget.
Deg! Saya langsung berasa sedih mendengarnya. Sebagai sesama orang tua saya bisa membayangkan perasaan kawan suami saya, di samping itu juga memiliki kekhawatiran yang sama.
Deg! Saya langsung berasa sedih mendengarnya. Sebagai sesama orang tua saya bisa membayangkan perasaan kawan suami saya, di samping itu juga memiliki kekhawatiran yang sama.
Penelitian membuktikan tidak hanya berdampak pada pemasalahan kesehatan fisik, penggunaan teknologi digital yang tidak tepat juga mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan psikologis anak-anak
Saya yakin bukan hanya saya, teman-teman, sahabat daring adakah juga yang mengalami issue yang sama tentang ini? Bagaimana sih cara yang efektif dalam "Raising Children In Digital Era"
Elizabeth T Santosa, adalah penulis buku "Raising Children In Digital Era" Buku ini adalah salah satu buku pertama tentang parenting yang mengulas dan mengupas bagaimana cara mendidik anak di era digital ini. Di bawakan dengan gaya santai, ringan, padat dan jelas Elizabeth T. Santosa, banyak hal baru yang baru saya pahami tentang menjadi orangtua digital.
Banyak hal penting perlu disikapi oleh orangtua anak-anak digital, mendidik anak adalah sebuah proses, bukan hanya untuk anak tetapi juga untuk orangtua.
Proses ini juga bagus jika di maknai juga sebagai sebuah fase belajar. Pertanyaan-pertanyaan yang ada, pada saatnya mungkin menjawab kegelisahan orangtua di antaranya:
Gap generasi antara orangtua dan anak-anak adalah salah satu alasan kuat mengapa orang tua juga perlu membiasakan diri dengan teknologi dan sadar akan berbagai kejadian di dunia digital, jangan sampai tertinggal jauh dari anak-anak.
Ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan fleksibel, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi saat ini dan kehidupan di masa depan. Teknologi digital membuat anak-anak mudah mengeksplorasi karena mengalami keajaiban dunia digital sejak dini. Ini tentu situasi yang berbeda dengan kita orangtuanya. Oleh sebab itu menjadi orangtua di era digital tentunya juga membutuhkan skill pengasuhan digital. Jadi jangan mau kalah dalam urusan teknologi dengan anak-anak.
Dengan memahami karakteristik anak-anak digital, sebagai orangtua bisa lebih terhubung dengan anak-anak
Saya yakin bukan hanya saya, teman-teman, sahabat daring adakah juga yang mengalami issue yang sama tentang ini? Bagaimana sih cara yang efektif dalam "Raising Children In Digital Era"
Elizabeth T Santosa, adalah penulis buku "Raising Children In Digital Era" Buku ini adalah salah satu buku pertama tentang parenting yang mengulas dan mengupas bagaimana cara mendidik anak di era digital ini. Di bawakan dengan gaya santai, ringan, padat dan jelas Elizabeth T. Santosa, banyak hal baru yang baru saya pahami tentang menjadi orangtua digital.
Banyak hal penting perlu disikapi oleh orangtua anak-anak digital, mendidik anak adalah sebuah proses, bukan hanya untuk anak tetapi juga untuk orangtua.
Proses ini juga bagus jika di maknai juga sebagai sebuah fase belajar. Pertanyaan-pertanyaan yang ada, pada saatnya mungkin menjawab kegelisahan orangtua di antaranya:
1. Memahami Gap Generasi Antara Orangtua Dengan Anak-Anak Era Digital.
Kecakapan anak-anak digital beradaptasi dengan teknologi sering membuat kewalahan. Siapa di antara teman-teman, adalah orangtua yang terkaget-keget melihat kemampuan anak-anak, yang meski tanpa di pandu, belum diajari, tetapi tahu-tahu mahir mengoperasikan berbagai macam peralatan dengan teknologi digital.Gap generasi antara orangtua dan anak-anak adalah salah satu alasan kuat mengapa orang tua juga perlu membiasakan diri dengan teknologi dan sadar akan berbagai kejadian di dunia digital, jangan sampai tertinggal jauh dari anak-anak.
Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian" ~Ali bin Abu Thalib
Ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan fleksibel, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi saat ini dan kehidupan di masa depan. Teknologi digital membuat anak-anak mudah mengeksplorasi karena mengalami keajaiban dunia digital sejak dini. Ini tentu situasi yang berbeda dengan kita orangtuanya. Oleh sebab itu menjadi orangtua di era digital tentunya juga membutuhkan skill pengasuhan digital. Jadi jangan mau kalah dalam urusan teknologi dengan anak-anak.
2. Memahami Karakteristik Anak digital
Dengan memahami karakteristik anak-anak digital, sebagai orangtua bisa lebih terhubung dengan anak-anak
3. Orangtua Digital Memahami Tantangan Dan Dampak Teknologi Digital Pada Anak
Bicara tantangan mendidik anak di era digital ini, pastinya bikin iyuh-iyuh deh! Mispersepsi juga banyak terjadi tentang ini seperti,
Kapan anak-anak boleh menggunakan gadget?
Nah, ini jadi dilema banyak orangtua ya pasti. Namun, ada kabar baik soal ini loh?!
Jadi, menurut mba Lizzi sapaan akrab psikolog Elizabeth T Santosa, penggunaan gadget sesungguhnya tidak di batasi usia. Berapapun usianya, mau batita, balita atau anak TK, boleh saja di berikan gadget. Yang harus di batasi adalah konten di dalamnya, bukan gadgetnya.
Orangtua harus berperan aktif memilihkan konten apa yang boleh dan tidak boleh untuk anak. Kecakapan anak-anak dalam menggunakan teknologi seringkali membuat orangtua lalai, lalu di lepas begitu saja. Padahal kunci penggunaan gadget bukan perkara usia, tetapi controlling, supervisi, pendampingan ketika anak menggunakan gadget. Jadi, jika tidak siap mendampingi anak maka jangan berikan gadget pada anak.
Orangtua harus berperan aktif memilihkan konten apa yang boleh dan tidak boleh untuk anak. Kecakapan anak-anak dalam menggunakan teknologi seringkali membuat orangtua lalai, lalu di lepas begitu saja. Padahal kunci penggunaan gadget bukan perkara usia, tetapi controlling, supervisi, pendampingan ketika anak menggunakan gadget. Jadi, jika tidak siap mendampingi anak maka jangan berikan gadget pada anak.
Gadget sebaiknya juga tidak di berikan sebagai pengalih perhatian agar anak diam, bisa duduk manis, anteng ketika ibu sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah misalnya. Penggunaan gadget harus di lakukan sebagai bagian dari aktivitas antara ibu dan anak, jangan biarkan anak-anak sendiri saat menggunakan gadget. Waahh, ini peer untuk para ibu ya, terutama saya yang kadang memberikan gadget dengan tujuan agar anak diam.
Dampak Teknologi Digital Pada Anak
Teknologi digital memberikan kemudahan belajar untuk anak-anak, banyak konten positif yang memberi dampak bagus untuk anak-anak. Namun kecenderungan negatif juga seringkali tidak bisa di bendung, terutama pada anak-anak yang sudah aktif menggunakan sosial media, beberapa yang paling umum terjadi adalah:
1. Adiksi/Kecanduan
2. Pornografi
Orangtua harus waspada ketika anak-anaknya sudah menunjukkan tanda seperti di bawah ini, kemungkinan mereka sudah mengalami adiksi
3. Cyberbullying
4. Sexting/ Sex Texting
Anak-anak dalah pelajar alami dan peniru ulung mereka melihat dan mereka melakukan. Maka poin yang paling terpenting, inti dari bagaimana cara menjadi orangtua digital yang sukses mendidik anak di era digital adalah👇
Orangtua Harus Menjadi Contoh/Role Model Yang Baik Untuk Anak
Pada akhirnya semua yang berurusan dengan anak-anak akan kembali kepada orangtua. Sudahkah kita menjadi Role model yang baik auntuk anak, menjalin hubungan yang sehat, ikatan emosional yang kuat dan berkualitas dengan anak?Membangun ikatan emosional dengan anak akan membantu anak dalam:
1. Menerima dan memahami supervisi orangtua.
2. Mengadopsi nilai yang di anut orangtua
3. Menaati aturan yang dibuat dalam keluarga.
Teladan yang perlu di tampilkan orangtua kepada anak-anak di antaranya:
1. Saling memahami
2. Rasa percaya karena anak butuh bantuan, butuh dukungan, dan butuh kenyamanan.
3. Peduli, care, kasih sayang satu sama lain.
Ketika anak-anak melihat dan merasakan orangtua adalah role model yang pas untuk mereka, maka akan terbentuklah kualitas hubungan yang baik antara anak dan orangtua, ciri-ciri hubungan yang berkualitas dengan anak antara lain:
1. Mudah berkomunikasi dan berinteraksi kapan dan di mana saja dengan natural
2. Banyak menghabiskan waktu bersama
3. Memegang janji dan komitmen
4. Bijaksana dalam menempatkan masalah dan solusinya
5. Peka terhadap usaha dan hasil yang di dapatkan anak-anak
6. Peduli satu sama lain
7. Bisa bercanda dengan humor yang asyik tidak kaku
8. Memperlakukan masing-masing sesuai porsinya, anak-anak balita dengan anak remaja tentu berbeda. Pun sebaliknya meskipun dekat dan intim anak-anak tetap harus hormat kepada orangtua.
Menurut mba Elizabeth, di era digital ini banyak memberikan perubahan pola hubungan antara orangtua dan anak. Namun orangtua tidak perlu terlalu paranoid dengan perubahan, karena itulah keniscyaan, yang terpenting orangtua jangan menyerah pada apapun masalah yang di hadapi dengan anak-anak.
Alhamdulillah ya bertambah lagi wawasan bagaimana mendidik anak di era digital ini. Selesai sesi bincang-bincang ini kami kemudian melakukan "school tour" melihat lebih dekat aktivitas belajar di SIS Bonavista.
"School Tour" SIS Bonavista
Sejak memasuki gerbang SIS Bonavista saya excited sekali melihat sekolah ini. terlihat sekali bagaimana rancangan ekosistem sekolah ini dibuat. Gedungnya megah berada di area seluas 2300 meter persegi, yang terdiri dari preschool (setara TK) elementary (setara SD), primary (setara SMP) , dan junior college (setara SMA)Di pandu oleh mba Monika Avrianny, marketing manager SIS Bonavista kami mengelilingi SIS Bonavista. Dengan ruang-ruang kelas yang lega, lengkap dengan sarana dan prasarana standar internasional. SIS Bonavista merupakan satu dari tujuh sekolah SIS (Singapore Intercultural School) yang ada di Indonesia, keenam sekolah SIS lainnya terdapat di Kelapa Gading, Pantai indah Kapuk, Cilegon, Medan, Palembang dan Semarang.
Menyusuri ruangan dan lorong sekolah SIS Bonavista saya yakin banyak yang betah bersekolah di sini, suasananya nyaman dan leluasa.
Anak-anak bisa bermain dan belajar dengan tenang, santai dan efektif. Sudut-sudut sekolah ini, memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk bereksplorasi.
Kami juga sempat bertemu dan berbincang dengan beberapa guru yang pada umumnya adalah guru-guru berkebangsaan asing yang telah berpengalaman mengajar dan sudah cukup lama tinggal di Indonesia.
Bertekad menghasilkan yang terbaik dari setiap siswa. SIS Bonavista terinspirasi oleh potensi indonesia dan metodologi singapura yang mendidik anak-anak dalam lingkungan seperti keluarga, yang mengutamakan pembelajaran yang lebih pribadi.
Bertekad menghasilkan yang terbaik dari setiap siswa. SIS Bonavista terinspirasi oleh potensi indonesia dan metodologi singapura yang mendidik anak-anak dalam lingkungan seperti keluarga, yang mengutamakan pembelajaran yang lebih pribadi.
Di SIS Bonavista, belajar adalah tentang menginspirasi siswa. Guru tidak hanya sebagai pengajar di sini, tetapi juga membimbing, merangsang, memprovokasi dan terlibat, dalam lingkungan pengasuhan holistik.
Dengan lingkungan seperti keluarga dan fokus juga pada kemampuan akademik, SIS juga diperkaya oleh bahasa dan seni dalam ekosistem untuk mendukung yang terbaik di setiap siswa. Guru di SIS menunjukkan jalan kepada anak-anak, sekaligus juga berjalan di samping mereka.
Dari segi biaya sekolah ini memang cukup lumayan di kantong saya, tetapi rasanya masih wajar untuk sebuah sekolah multibangsa. Melihat sistem pendidikannya serta fasilitas indoor dan outdoornya, sekolah seperti SIS Bonavista ini worthed, layak diperjuangkan sebagai pilihan ideal jika orangtua ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak.
Dari segi biaya sekolah ini memang cukup lumayan di kantong saya, tetapi rasanya masih wajar untuk sebuah sekolah multibangsa. Melihat sistem pendidikannya serta fasilitas indoor dan outdoornya, sekolah seperti SIS Bonavista ini worthed, layak diperjuangkan sebagai pilihan ideal jika orangtua ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak.
Apalagi khusus untuk siswa citizen, atau siswa warga negara indonesia SIS sering memberikan harga khusus dan diskon spesial, menurut mba Monika khusus untuk warga indonesia yang mendaftar di SIS Bonavista hingga pertengahahan bulan Sepetember ini ada diskon hingga 50%.
Yang ingin tahu info lebih lengkap tentang SIS Bonavista, hubungi saja langsung sekolah ini di
Singapore Intercultural School Bona Vista
Jl. Bona Vista Raya Lebak Bulus
Jakarta Selatan
+62 21 759 14414 atau website https://sisschools.org/sis-bonavista
Bagus banget sekolahnya mbak Nu. Iya bener aku juga ngasih gadget buat diemin anak, abis mau gimana lagi ga ada yang bisa ketitipan kalau lagi riweuh di rumah. Tapi skrg udah lumayan ada aturannya sih di rumah, dan anak2 juga ga tantrum bgt kalau gadgetnya distop atau kita ambil dulu
BalasHapusEnggak gampang ya mensiasati pendidikan anak di era digital ini. Orang tua benar-benar jadi role model, dan itu juga bukan hal.yang mudah untuk orang tua
BalasHapusMenurutku komunikasi antaran orangtua dan anak tuh harus dilakukan sejak dini ya mba. Biar ada keterbukaan juga dan orangtua jadi mengawasinya pun mudahh. Materi yang disampaikan memang bagus banget
BalasHapusBelum ada cabang depok ya mba? sekolahnya bagus dan InshaAllah hasilnya bagus juga ya mba.. setuju banget kalo cara mengajari anak sesuai jamannya.. ngga bisa tuh metode lama kita dulu.. anakku lebih nyaman belajar atas inisitifnya dan kalo diminta belajar agak males malesan gitu deh mba..
BalasHapusSuka dan betah banget lihat foto2 fasilitas Sekolahnya ya, betah banget dan mumpuni sebagai tempat belajar yang nyaman, sesuai dengan zamannya dan tentunya ideal bagi anak2 masa kini. Jadi ngebayangin Anakku kelak Sekolah disana, huhu Amiin Ya Rabb.
BalasHapusSekolahnya bagus banget ya mbak Nunu, pastinya anak2 bisa betah belajar disana.
BalasHapusSoal anak zaman now, rata2 anak kecil sudah sangat dekat banget dengan gadget, namun balik ke orangtua masing2 juga sih bagaimana menyiasatinya
Iya ya, kita gak mungkin mencegah gadget pada anak, tapi tetap harus dipilihkan kontennya. Bagus banget sekolahnya, betah deh anak-anak
BalasHapusGk selamabya gadget menakutkan ya bener bngt hrs ada kontroling dr ortunya
BalasHapusIni memang sekolah ngehits dan mihil, tapi berkualitas mantab. Iya gadget jadi dilema sendiri karena ga mungkin anak ga lihat kita pegang gadget, sekarang Pendar tahap kenal gadget pake waktu. Misal pas lagi jam main, bentaran berdua ibu di kamar
BalasHapusliat fasilitas dan para gurunya lebih banyak native speaker jadi wajar jika biaya lebih. Tempatnya juga nyaman bisa bikin anak-anak betah belajar
BalasHapusWaw, sekolahnya keren bangeeed deh. Kurikulum dan fasilitasnya pasti mumpuni ya namanya juga internasional. Para guru pasti sudah punya cara khusus mentransfer ilmu pengetahuan dll termasuk mengelola penggunaan gadget untuk anak2. Aku pun disiplin di rumah ada waktu2 tertentu anak2 hp an dll. Ga dimusuhi karena banyak manfaatnya kan gadget hanya kita pandai memilah waktunya kapan.
BalasHapusDuh serem banget nih efek gadget pada mata. Kita jg mesti kurang2in ya. Pake seperlunya aja.
BalasHapusBagus nih metodenya tapi setahu aku beberapa dengan metode ini ada target ke anaknya. Belum pernah ngerasain langsung sih, karena aku tipe yg berbasis karakter anak. Kalau memang ini cocok yg tipe bright child cmiiw
BalasHapusSekolahannya keren dan ilmunya juga paten.
BalasHapusAku pun setuju dengan sharingnya Mba Lizzy ya, gadget jangan dianggap monster, tapi diperhatikan penggunaannya dengan bijak ya. Thanks For sharing yaaa...
Aku penasaran sama sekolah ini, sayang kyknya kemungkinan gk bisa ke openhouse-nya. Apaah di sana yg sekolah banyakan ekspatriat mbak? Wah mayan juga ya diskonnya :D penasaran biaya masuk sekolahnya :D TFS infonya
BalasHapusSenang banget bisa berkunjung ke SIS, dapet ilmu dengan sharing-nya Miss Lizzie dan keliling sekolah ekspatriat
BalasHapuskeren ya sekolahnya ... aman dan nyaman :-)
BalasHapus