'Hai, Ibu Blogger, gimana kabarnya? Makin eksis aja! Sekarang update banget seh temen gue ini!?
Sepenggal Sapaan hangat dari seorang teman lama, di layar DM instagram saya sore itu. Sapaan yang membuat saya agak mengerutkan kening. Hmmm, ini maksudnya apa ya? Maklum, aksara. Kalimatnya bisa mengandung banyak arti. Negatif atau positif ya kira-kira?!
Merasa sudah cukup lama kenal, yaa ambil kesimpulan saja ini kalimat positif ya. Anggap saja hanya chat biasa dan ingin bertanya kabar. Lalu saya jawab deh!
Sekadar basa basi, hingga kemudian chat berlanjut tentang banyak hal, sampailah saya pada kalimat asal.
Iya ini kalimat asal banget sih! Spontan aja gitu saya katakan kepada teman saya ini "Yuk! lo' nge blog juga dong!" Dan, apa jawabnya...
Waduhh, enggak deh! Gue nggak suka narsis dan membagi kehidupan gue secara online gitu, apalagi hidup gue nggak menarik, gini-gini aja. Apa yang mau di tulis? Malu ah!
Duh! Saya speechless mendengar jawaban ini.
Enggak bisa di pungkiri, jika ada persepsi di mata sebagian orang tentang blogger yang di anggap narsistik. Dan mungkin memang ada yang seperti itu, orang yang memiliki kepribadian pada kebutuhan berlebih untuk di puaskan, merasa penting di perhatikan, harus berbagi kehidupannya kepada dunia. Mengerahkan berbagai cara, demi mendapatkan pujian, pendapat atau persetujuan dari orang asing bahwa dirinya cantik dengan pakaiannya, gaya dandannya, make-up nya. Destinasi jalan-jalannya keren, kuliner enak dan lain-lain.
Atau berbagi cerita anak-anaknya yang lucu, pintar dan menggemaskan lalu mendokumentasikan mulai dari test pack hingga proses persalinan. Bukan hanya di tulis di blog, di share juga di twitter, facebook, atau instagram. Lalu bahagia saat berhasil mendapatkan banyak follower, tanda hati (suka) komentar, retweet, dan klik tampilan halaman.
Namun, setelah saya terjun langsung, dan hingga hari ini bergelut dengan aktivitas blogger. Saya merasakan hal tersebut di atas tidak sepenuhnya benar, apalagi kalau sampai di generalisir.
Ya, memang sebagai blogger umumnya mendokumentasikan apa saja, acara atau kegiatan sehari-hari lalu menulis dan membagikannya secara online, tapi jika semata tujuannya untuk narsis. Eits, jangan salah!
Banyak informasi penting yang tidak kita dapatkan dari media mainstream, dan itu bisa kita dapatkan dari tulisan blogger.
Pengalaman yang di tuliskan blogger-blogger juga memberi pengaruh yang lebih greget dan meyakinkan ketika kita ingin mencari info tentang sesuatu. Meski mengekspos cerita berdasar pengalaman pribadi tapi selalu ada saja sesuatu yang related dengan keseharian kita, dan itu membuat kita merasa terhubung.
Pada dasarnya, sebelum saya memulai kegiatan blogging, saya orang yang cukup tertutup dan tidak pedean (sampai sekarangpun masih sih sebenarnya) Sangat tidak berdaya dengan media sosial, lebih memilih jadi pembaca dan silent reader, serta memantau timeline orang lain daripada memperbarui feed saya sendiri.
Nggak ada tuh keinginan untuk berbagi kehidupan saya dengan dunia, terlebih keseharian saya sudah padat untuk mengurus rumah tangga, rasanya tidak ada perlunya juga di beritahukan kepada orang lain.
Tetapi hal di atas berubah, sejak tahun 2013an, saat saya mulai mengenal blog. Saat itu saya sedang mencoba bertransformasi dari ibu rumah tangga menjajal dunia usaha. Seorang kolega yang bergerak di bidang digital marketing memberitahu kan kalau ada cara efektif untuk mempromosikan usaha, yaitu dengan membuat website.
Panjang lebar deh di jelaskannya tentang website. Hingga kemudian muncul angka investasi untuk membuat website yang tentu saja membuat saya ulala wow! Waktu itu di tawarkan kurang lebih dua sampai lima juta. Wah, mending untuk modal yang lain deh! Pikir saya.
Beruntungnya saya sempat mendapatkan wawasan sedikit. Jadi website juga ada, bisa di buat dengan versi yang gratisan. Ya inilah. Blog.
Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Ogah membuat website pada pihak ketiga, saya intens mencari informasi tentang blog. Secara otodidak, browsing sana-sini, akhirnya jadi deh blog usaha saya. Namun sayang blog belum maksimal berjalan, usaha saya sudah gulung tikar.uhuhuhu
Nah, saat mencari informasi tentang blog inilah saya akhirnya menemukan dan memberanikan diri serta nekat bergabung dengan beragam komunitas blogger. Mengikuti beberapa workshop blogger dari yang gratis hingga yang berbayar, yang alhamdulilah ya terjangkau banget.
Merasa ilmunya sangat bermanfaat, blog yang semula di niatkan untuk usaha ini, akhirnya berubah jadi blog yang seperti sekarang ini, mulai tahun 2015. Ya, itulah hikmah. Tidak ada yang namanya gagal, melainkan kita jadi belajar.
Pada dasarnya mengelola blog adalah tentang kreatifitas. Kita juga bisa memilih ingin membagikan apa yang kita inginkan. Isi blog adalah tentang pilihan penulisnya.
Beberapa blogger mungkin ada yang jujur bisa menjembreng cerita apa saja. Apakah Keuangan, tekno, lifestyle, fashion, make-up yang di lengkapi cerita silsilah keluarga, rutinitas, pekerjaan, curhat, foto keluarga, drama, atau sebutin deh yang lainnya. Tetapi kalau kita tidak mau menulis dengan gamblang cerita seperti itu ya nggak masalah.
Dan, kita tetap bisa koq, menulis blog, walau tidak dengan unsur-unsur personal. Bahkan dengan akun anonim pun tetap bisa menulis di blog. Karena nge-blog itu intinya menulis, dan terserah aja mau nulis apa, dari sudut pandang mana saja, lingkupnya sangat banyak, isinya tidak terbatas.
Nah, kalau saya memilih berada in between. Nge-blog untuk saya tidak semuanya tentang berbagi kehidupan pribadi utuh secara online, karena ekspos online terlalu banyak juga dalam beberapa hal tidak selalu nyaman.
Blog bagi saya adalah media untuk bisa mendapatkan sesuatu dengan lebih baik setiap hari. Sesuai dengan motto blogging saya "Finding Something Good With Writing It" Menemukan sesuatu yang baik dan menuliskannya, mengemas informasi dengan sentuhan personal yang bisa menjadi hal penting bagi yang membutuhkan, sekaligus menjadi momen berharga saya untuk di kenang. Dan, Blog ini secara umum ya memang mengedepankan saya sebagai diri sendiri bukan keluarga.
Kebetulan juga saya memulai menulis blog ketika anak-anak sudah beranjak ABG. Sedikit banyak mereka tahu tentang blog, dan sejak awal sudah request untuk tidak menulis nama dan menuliskan hal-hal yang spesifik berhubungan dengan mereka, untuk publish foto yang ada mereka pun saya harus meminta persetujuan. Meski demikian ini bukan halangan untuk berbagi pengalaman parenting.
Dengan menulis kita bisa mengabadikan pengalaman hidup, karena setiap orang pasti memiliki pengalaman yang menarik yang tidak di miliki yang lainnya, bahkan meskipun bisa saja itu pengalaman yang sama. Namun layaknya sidik jari, pasti ada sesuatu yang berbeda.
Menulis juga dapat menjadi legacy, warisan atau peninggalan sesuatu yang berkesan untuk anak cucu, bahkan untuk dunia.
Kebiasaan menulis juga membuat kita lebih mudah membuang sampah emosi, karena bisa menjadi media kita mengeluarkan uneg-uneg dengan cara yang elegan dengan menulis kita juga sangat mungkin menjadi seseorang yang di dengarkan pendapatnya. Menurut penelitian menulis juga dapat menurunkan resiko mengalami pikun.
Di perjalanan hidup ini, saya telah mencoba berbagai hobi, usaha dan aneka kegiatan. Namun tidak ada yang mampu mengubah hidup dan memberi pencerahan secara signifikan.
Dan akhirnya saya menemukan jalan menulis. Dengan menulis blog, kegiatan ini membuat saya menemukan arti dan memberi perspektif baru kepada saya bagaimana seharusnya menjalani hidup, yaitu dengan sharing. Berbagi. Inilah alasan utama yang membuat saya mantap untuk nge-blog.
Selain itu beberapa alasan lain yang membuat saya terus menulis blog juga adalah:
Sepenggal Sapaan hangat dari seorang teman lama, di layar DM instagram saya sore itu. Sapaan yang membuat saya agak mengerutkan kening. Hmmm, ini maksudnya apa ya? Maklum, aksara. Kalimatnya bisa mengandung banyak arti. Negatif atau positif ya kira-kira?!
Merasa sudah cukup lama kenal, yaa ambil kesimpulan saja ini kalimat positif ya. Anggap saja hanya chat biasa dan ingin bertanya kabar. Lalu saya jawab deh!
Sekadar basa basi, hingga kemudian chat berlanjut tentang banyak hal, sampailah saya pada kalimat asal.
Iya ini kalimat asal banget sih! Spontan aja gitu saya katakan kepada teman saya ini "Yuk! lo' nge blog juga dong!" Dan, apa jawabnya...
Waduhh, enggak deh! Gue nggak suka narsis dan membagi kehidupan gue secara online gitu, apalagi hidup gue nggak menarik, gini-gini aja. Apa yang mau di tulis? Malu ah!
Duh! Saya speechless mendengar jawaban ini.
Enggak bisa di pungkiri, jika ada persepsi di mata sebagian orang tentang blogger yang di anggap narsistik. Dan mungkin memang ada yang seperti itu, orang yang memiliki kepribadian pada kebutuhan berlebih untuk di puaskan, merasa penting di perhatikan, harus berbagi kehidupannya kepada dunia. Mengerahkan berbagai cara, demi mendapatkan pujian, pendapat atau persetujuan dari orang asing bahwa dirinya cantik dengan pakaiannya, gaya dandannya, make-up nya. Destinasi jalan-jalannya keren, kuliner enak dan lain-lain.
Namun, setelah saya terjun langsung, dan hingga hari ini bergelut dengan aktivitas blogger. Saya merasakan hal tersebut di atas tidak sepenuhnya benar, apalagi kalau sampai di generalisir.
Ya, memang sebagai blogger umumnya mendokumentasikan apa saja, acara atau kegiatan sehari-hari lalu menulis dan membagikannya secara online, tapi jika semata tujuannya untuk narsis. Eits, jangan salah!
Banyak informasi penting yang tidak kita dapatkan dari media mainstream, dan itu bisa kita dapatkan dari tulisan blogger.
Pengalaman yang di tuliskan blogger-blogger juga memberi pengaruh yang lebih greget dan meyakinkan ketika kita ingin mencari info tentang sesuatu. Meski mengekspos cerita berdasar pengalaman pribadi tapi selalu ada saja sesuatu yang related dengan keseharian kita, dan itu membuat kita merasa terhubung.
Pada dasarnya, sebelum saya memulai kegiatan blogging, saya orang yang cukup tertutup dan tidak pedean (sampai sekarangpun masih sih sebenarnya) Sangat tidak berdaya dengan media sosial, lebih memilih jadi pembaca dan silent reader, serta memantau timeline orang lain daripada memperbarui feed saya sendiri.
Nggak ada tuh keinginan untuk berbagi kehidupan saya dengan dunia, terlebih keseharian saya sudah padat untuk mengurus rumah tangga, rasanya tidak ada perlunya juga di beritahukan kepada orang lain.
Tetapi hal di atas berubah, sejak tahun 2013an, saat saya mulai mengenal blog. Saat itu saya sedang mencoba bertransformasi dari ibu rumah tangga menjajal dunia usaha. Seorang kolega yang bergerak di bidang digital marketing memberitahu kan kalau ada cara efektif untuk mempromosikan usaha, yaitu dengan membuat website.
Panjang lebar deh di jelaskannya tentang website. Hingga kemudian muncul angka investasi untuk membuat website yang tentu saja membuat saya ulala wow! Waktu itu di tawarkan kurang lebih dua sampai lima juta. Wah, mending untuk modal yang lain deh! Pikir saya.
Beruntungnya saya sempat mendapatkan wawasan sedikit. Jadi website juga ada, bisa di buat dengan versi yang gratisan. Ya inilah. Blog.
Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Ogah membuat website pada pihak ketiga, saya intens mencari informasi tentang blog. Secara otodidak, browsing sana-sini, akhirnya jadi deh blog usaha saya. Namun sayang blog belum maksimal berjalan, usaha saya sudah gulung tikar.
Nah, saat mencari informasi tentang blog inilah saya akhirnya menemukan dan memberanikan diri serta nekat bergabung dengan beragam komunitas blogger. Mengikuti beberapa workshop blogger dari yang gratis hingga yang berbayar, yang alhamdulilah ya terjangkau banget.
Merasa ilmunya sangat bermanfaat, blog yang semula di niatkan untuk usaha ini, akhirnya berubah jadi blog yang seperti sekarang ini, mulai tahun 2015. Ya, itulah hikmah. Tidak ada yang namanya gagal, melainkan kita jadi belajar.
Pada dasarnya mengelola blog adalah tentang kreatifitas. Kita juga bisa memilih ingin membagikan apa yang kita inginkan. Isi blog adalah tentang pilihan penulisnya.
Beberapa blogger mungkin ada yang jujur bisa menjembreng cerita apa saja. Apakah Keuangan, tekno, lifestyle, fashion, make-up yang di lengkapi cerita silsilah keluarga, rutinitas, pekerjaan, curhat, foto keluarga, drama, atau sebutin deh yang lainnya. Tetapi kalau kita tidak mau menulis dengan gamblang cerita seperti itu ya nggak masalah.
Dan, kita tetap bisa koq, menulis blog, walau tidak dengan unsur-unsur personal. Bahkan dengan akun anonim pun tetap bisa menulis di blog. Karena nge-blog itu intinya menulis, dan terserah aja mau nulis apa, dari sudut pandang mana saja, lingkupnya sangat banyak, isinya tidak terbatas.
Nah, kalau saya memilih berada in between. Nge-blog untuk saya tidak semuanya tentang berbagi kehidupan pribadi utuh secara online, karena ekspos online terlalu banyak juga dalam beberapa hal tidak selalu nyaman.
Blog bagi saya adalah media untuk bisa mendapatkan sesuatu dengan lebih baik setiap hari. Sesuai dengan motto blogging saya "Finding Something Good With Writing It" Menemukan sesuatu yang baik dan menuliskannya, mengemas informasi dengan sentuhan personal yang bisa menjadi hal penting bagi yang membutuhkan, sekaligus menjadi momen berharga saya untuk di kenang. Dan, Blog ini secara umum ya memang mengedepankan saya sebagai diri sendiri bukan keluarga.
Kebetulan juga saya memulai menulis blog ketika anak-anak sudah beranjak ABG. Sedikit banyak mereka tahu tentang blog, dan sejak awal sudah request untuk tidak menulis nama dan menuliskan hal-hal yang spesifik berhubungan dengan mereka, untuk publish foto yang ada mereka pun saya harus meminta persetujuan. Meski demikian ini bukan halangan untuk berbagi pengalaman parenting.
Kalau kau bukan anak raja, dan kau bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis"Ungkapan yang di katakan Imam Alghazali ini memang benar adanya, menulis memberikan banyak kesempatan untuk kita menjadi "seseorang" jika kita merasa bukan siapa-siapa.
Dengan menulis kita bisa mengabadikan pengalaman hidup, karena setiap orang pasti memiliki pengalaman yang menarik yang tidak di miliki yang lainnya, bahkan meskipun bisa saja itu pengalaman yang sama. Namun layaknya sidik jari, pasti ada sesuatu yang berbeda.
Menulis juga dapat menjadi legacy, warisan atau peninggalan sesuatu yang berkesan untuk anak cucu, bahkan untuk dunia.
Kebiasaan menulis juga membuat kita lebih mudah membuang sampah emosi, karena bisa menjadi media kita mengeluarkan uneg-uneg dengan cara yang elegan dengan menulis kita juga sangat mungkin menjadi seseorang yang di dengarkan pendapatnya. Menurut penelitian menulis juga dapat menurunkan resiko mengalami pikun.
Di perjalanan hidup ini, saya telah mencoba berbagai hobi, usaha dan aneka kegiatan. Namun tidak ada yang mampu mengubah hidup dan memberi pencerahan secara signifikan.
Dan akhirnya saya menemukan jalan menulis. Dengan menulis blog, kegiatan ini membuat saya menemukan arti dan memberi perspektif baru kepada saya bagaimana seharusnya menjalani hidup, yaitu dengan sharing. Berbagi. Inilah alasan utama yang membuat saya mantap untuk nge-blog.
Selain itu beberapa alasan lain yang membuat saya terus menulis blog juga adalah:
- Karena nge-blog melatih saya untuk komit, disiplin, peka dan jelas mau apa. Setiap hari ada saja yang di pikirkan, mau nulis apa ya? Bahas apa ya?! Bikin apa ya!
- Menulis blog membuat waktu yang saya habiskan lebih berfaedah dan bermanfaat
- Ngeblog memompa percaya diri. Dari awalnya malu baca tulisan sendiri lama-lama kelamaan mau tak mau ya harus pede dengan hasil karya sendiri. Di samping juga terus belajar dan mengasah kemampuan menulis.
- Mendapatkan banyak sudut pandang terhadap berbagai persoalan. Cakrawala wawasan semakin luas, pemikiran tidak sempit dan tidak mudah baper. Karena banyak insight dari membaca tulisan-tulisan teman blogger lain.
- Mendapatkan circle baru, silaturahmi di lingkungan dan bertemu orang baru, baik itu melalui komentar, email, media sosial atau blogger gathering. Teman-teman blogger pada umumnya juga supportif dan saling support dalam berbagai hal.
- Mendapatkan materi, baik berupa barang, jasa atau uang. Nah, ini. Awalnya menulis blog ini tanpa bayangan jika ada potensi ekonomi. Alhamdulillah seiring waktu, energi dan waktu yang di gunakan untuk menulis di blog bisa mendapatkan tambahan uang saku untuk anak-anak
Write a comment
Posting Komentar