Menyusuri Kampung Labirin, Berseri Lupakan Hari Kemarin

Pada masa pendemi lalu, denyut Kampung Labirin sempat terhenti. Namun kini Kampung Labirin kembali bersemangat, berseri melupakan hari kemarin

Kampung Labirin, dari namanya saja kita sudah langsung mendapat gambaran tentang seperti apa kampung ini. 

 Ya, seperti labirin. Tempat dengan jalan serta lorong berliku-liku dan simpang siur, jalur yang rumit dan berbelit-belit. Siapapun yang berada dalamnya pasti akan kebingungan, tersesat, tak tahu arah jalan ke luar yang benar.

Pun demikian dengan Kampung Labirin, kampung ini terdiri dari banyak sekali gang dan percabangan jalan, dengan gang sempit, hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor, di kanan kiri jalan berdiri pemukiman tak beraturan yang temboknya menempel satu sama lain. 

Tersasar dan berputar-putar, bolak balik kembali ke tempat yang sama, sering terjadi pada orang-orang yang baru pertama kali datang ke Kampung Labirin.

Bersama teman-teman blogger, beberapa waktu lalu Saya sempat berkunjung ke Kampung Labirin. Alhamdulillah, kami tidak tersesat di kampung ini, karena ada pemandu kami, anak muda Kampung Labirin yang menemani, yang tentu sudah hafal lika-liku, lorong jalan ke luar masuk Kampung Labirin. 


Kunjugan ke Kampung Labirin


Mmmm, menarik! Tipikal area seperti Kampung Labirin, sebenarnya banyak, mudah kita temui di berbagai kota besar di Indonesia. Jika kita ke Jakarta, Bandung, atau kota lainnya, pemandangan kampung padat penduduk, dengan rumah berhimpitan serta jalan dan gang-gang kecil adalah hal biasa. 

Pemandangan Kampung Labirin dari drone.


Bagaimana kemudian kampung yang tata ruangnya semrawut, padat penduduk ini bisa menjadi tempat wisata? Apa yang membuat berbeda dan istimewa? 

Kampung Labirin

Terletak di Kampung Kebon Jukut, tepatnya di Jalan Roda 3 RW 10 Kampung Kebon Jukut, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Akses menuju kampung ini juga dapat ditempuh melalui Jl Riau dengan melewati Kampung Pulo Geulis. 
Kampung Labirin


Sebelum disebut sebagai Kampung Labirin, ini adalah kampung khas pinggirian perkotaan, berdampingan dengan sungai Ciliwung dan dianggap sebagai kampung kumuh, karena kotor dan jorok, sampah di mana-mana, tentu tidak menarik untuk dilihat. 

Kampung Labirin di tepian Sungai Ciliwung. 


Kampung Labirin, Kampung Berseri Binaan Astra (KBA)


Dulu dan kini, kondisi kampung sudah jauh berubah. RW 10 Kampung Kebon Jukut bertransformasi, daerah padat penduduk ini dirapihkan dengan gaya, ditata dengan apik, lebih bersih, dan menjadi kampung tematik.

Adalah kerjasama PT Astra dengan Pemerintah Kota Bogor, sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) Pada 1 Desember 2018, Kampung Labirin diresmikan oleh Bapak Walikota Bogor Bima Arya, dan Wakil Ketua Yayasan Astra Honda Motor (YAHM), Ahmad Muhibbuddin, mengubah kampung serta menetapkannya sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Bogor.

Saat menelusuri Kampung Labirin, terasa sekali Kampung ini memang sangat hidup dan bersahaja, dengan warganya yang ramah, anak-anak kecil bermain riang di antara sempitnya jalan di depan rumah-rumah yang tampak asri dengan berbagai tanaman hias dalam pot. Warna hijau dedaunan menambah warna kehidupan terasa alami dan segar.




Dihuni sekitar 300 kepala keluarga dari tiga rukun tetangga, meski didominasi oleh orang sunda, penduduk kampung ini sebenarnya multikultur, berasal dari berbagai macam suku dan daerah, yang hidup damai berdampingan, dengan total jumlah penduduk sekitar 1.156 jiwa, bayangan tempat kumuh sama sekali tak terlihat di kampung ini, apalagi ditambah semerbak aroma sedap yang berhembus dari dapur beberapa rumah, jadi aromaterapi tersendiri.

Kampung Labirin adalah salah satu wujud dari Kampung Berseri Astra, sebuah program CSR (Corporate Social Responsibbilities) PT Astra Honda Motor, yang memberikan bantuan baik dalam bentuk sarana, pra dan pasca sarana, untuk mengembangkan masyarakat berbasiskan komunitas dengan mengintegrasikan empat pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung.

Kampung adalah bagian dari struktur pemerintahan yang paling bawah dan langsung bersentuhan dengan masyarakat. Jika dikembangkan dengan tepat dan komprehensif, ternyata memiliki potensi dan aset untuk maju dan berkembang menuju perbaikan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pembuatan keripik jengkol.

Program pemberdayaan kampung seringkali tidak berhasil karena pola yang tidak tepat, tidak didasarkan pada analisis yang komprehensif tentang kebutuhan dan potensi lokal. 

Kreatifnya Kampung Labirin, mengelola sesuatu yang mungkin tampak sebagai sebuah kekurangan, tetapi ketika memahami potensinya, dan diolah dengan baik, ternyata bisa menjadi daya tarik.

Setelah dikembangkan sebagai kampung wisata tematik, masyarakat Kampung Labirin diberdayakan untuk mengolah potensi wisata yang ada, baik itu budaya, kuliner dan wisata sungai.

Anak-anak Kampung Labirin belajar menari. 

Kesadaran akan hidup bersih terbangun, masyarakat tidak lagi sembarangan membuang sampah. Anak-anak muda dan anak kecilnya digiatkan untuk menghidupkan kesenian, seperti angklung, marawis, menari, serta wisata arung jeram di sungai Ciliwung. 

Sementara itu para orangtua giat mengelola UKM (Usaha Kecil Menengah) diantaranya dengan giat produksi keripik emping melinjo, dan jengkol sebagai oleh-oleh dari Kampung Labirin, serta beragam usaha kuliner lainnya.

Emping jengkol, oleh-oleh Kampung labirin.


Di Kampung Labirin juga diadakan beragam festival budaya Kampung Labirin, sebagai upaya promosi untuk mengunjungi Kampung Labirin. 

Jalan-jalan di gang kampung disulap sebagai panggung untuk pertunjukkan. Ada festival tahunan dan bulanan, event ini menjadi acara yang ditunggu karena menyenangkan untuk berkumpul keluarga, berjalan-jalan sambil menikmati beragam pertunjukkan dan kuliner.

Anak-anak Kampung Labirin bermain angklung. 

Pada masa pendemi lalu, denyut Kampung Labirin sempat terhenti terkena dampak signifikan, beberapa warga ada yang terpapar Covid 19, mata pencaharian dan pendapatan sebagian besar warga kampung yang bergerak di sektor informal seperti berjualan dan buruh serabutan tidak jelas. 

Selama tiga tahun kampung terasa suram. Semua kegiatan, acara dan festival yang menjadi agenda rutin kampung juga ditiadakan. 

Namun, pasca pandemi ini Kampung Labirin kembali bersemangat, dan optimis menyambut hari baru, seakan beranjak melupakan hari buruk kemarin.

Festival Kampung Labirin. 


Sejak bulan Juni lalu, festival bulanan Kampung Labirin mulai kembali dilaksanakan, pelaku UKM di Kampung Labirin juga berjalan. Wajah berseri kembali menyambut tamu dan turis yang mengunjungi Kampung Labirin.

Bukan hanya penghuni Kampung Labirin, Saya yakin kita semua akan sepakat bahwa kehidupan saat pandemi sangat berat. Seperti terjebak dalam mimpi buruk yang siapapun tidak ingin mengalaminya. 

Karena itulah bagi Saya, pengalaman masuk ke dalam gang-gang di Kampung Labirin juga tidak terlupakan, karena di sini juga jadi belajar, hidup saat pandemi kemarin seperti dalam labirin, namun secara harfiah, betapapun rumitnya jalan yang kita tempuh, yakinlah selalu ada jalan ke luar. 

Seperti masuk ke dalam labirin kita lupakan hari kemarin, karena fokus kita adalah hari ini, untuk menemukan di mana jalan ke luar.

Arung jeram di Sungai Ciliwung. 
                   

Labirin memperkenalkan kembali pengalaman, sebenarnya kita berjalan di jalur yang ditentukan dengan jelas, hanya memang tidak langsung kita temukan. Ini mengingatkan kita bahwa ada proses yang membawa untuk kita tiba pada kesatuan dan tujuan. Seperti warga Kampung Labirin yang terus bersemangat, bangkit bersama, dan optimis, menyambut masa depan. 

Kenangan di pinggir Sungai Ciliwung. 

Perjalanan menelusuri Kampung Labirin berujung di tepian sungai Ciliwung. Serasa menemukan oase, setelah berputar-putar ke luar masuk gang. Di akhir perjalanan ada ruang terbuka dengan udara segar dari sungai Ciliwung dan cahaya maksimal. Dari kejauhan terlihat sekelompok anak muda sedang bermain arung jeram, dan anak-anak sedang berenang di derasnya arus sungai. 




Write a comment