Masih hangat di timeline media sosial, terutama di facebook, bersliweran cerita, foto-foto dan status orangtua yang sedang berbahagia, membanggakan keberhasilan anak-anaknya beberapa waktu lalu, dari lolos seleksi SBMPTN, nilai ujian akhir, sampai membagikan foto nilai raport secara utuh, kalimat-kalimat pujian penuh cinta, serta ungkapan rasa syukur penuh suka cita terangkai sedemikian rupa.
Lalu kemudian, munculah status tandingan yang menyayangkan tindakan orangtua seperti ini, eh, sebenarnya lebih tepat di sebut status mengingatkan, maklum faktor keamanan anak-anak yang tersebar datanya secara terbuka di medsos menjadi kekhawatiran, ini berpotensi di salah gunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, karena di dalamnya tertulis informasi identitas pribadi.
Ya, itulah dinamika media sosial, selalu menarik untuk di ikuti. Namun ada satu hal yang patut di cermati dari peristiwa ini, betapa nilai dan angka masih menjadi tolak ukur keberhasilan anak-anak, orangtua sangat bangga melihat angka cantik di lembar raport anak-anak, anak-anak seolah berlomba untuk meraih petingkat teratas, hal seperti ini bagi sebagian orang bahkan menjadi satu-satunya indikasi anak pintar dan hebat, dan meskipun saat ini guru tidak lagi mencantumkan peringkat, selalu saja ada orangtua yang bertanya berapa rangking anaknya.