Tak ada yang lebih membahagiakan bagi ibu ketika melihat anak-anaknya tumbuh sehat, cerdas, pintar, soleh, soleha, hormat dan saling menyayangi satu sama lain. Dan bagi saya, menjadi ibu dari empat anak bukanlah perkara mudah, terlebih di antaranya sudah mulai menjelang remaja, saat di mana mereka mulai menemukan dunia mereka sendiri.
Menyelami dan memahami karakter masing-masing mereka adalah sebuah seni tersendiri, saat nilai rasa, keadilan dan objektivitas sebagai ibu teruji demi memenuhi rasa kasih sayang dan cinta kepada mereka secara utuh, selain juga membangun bonding atau ikatan lahir batin dengan masing-masing mereka dalam porsi yang sama.
Loh, apa susahnya membangun bonding atau ikatan dengan anak-anak? Toh mereka sembilan bulan berada dalam perut, hanya beberapa sentimeter dari hati, menempel di dada saat menyusui selama dua tahun bahkan lebih, di asuh, di rawat saat sehat maupun sakit, serta memenuhi semua kebutuhan mereka.
Pernyataan di atas bisa jadi benar, namun faktanya itu tidaklah cukup, karena waktu terus berjalan anak-anak semakin bertumbuh, berkembang dan terus bermetamorfosa baik secara fisik maupun mental. Menjadi ibu membuat saya menyadari bonding dengan anak bukan sesuatu yang otomatis terjadi, bukan sesuatu yang di bangun satu malam lalu di biarkan begitu saja dan yakin semua pasti berjalan sesuai harapan, karena sesungguhnya ikatan atau bonding dengan anak adalah sesuatu yang harus di bangun, di update dan di upgrade terus menerus.